dan aku adalah sang masokis
terlebih jika cinta menghampiri
hatiku akan kuiris tipis-tipis
belenggu rindu kubuat simpul mati,
kulilitkan pada leherku sendiri
bom waktu kuuntai menjadi gelang kaki
sementara tanganku menggenggam mawar berduri
dan aku menyukai semua penderitaan ini…
dan ketika kau katakan engkau ingin bahagia,
entah mengapa aku sungguh ingin tertawa
karena aku tahu pasti,
hanya aku yang bisa mencintaimu setengah mati
tak mengapa, tak mengapa kau bersama dia
karena nanti kau akan disakiti lagi
lalu kau pasti kembali untuk menangis bersama
pundakku adalah surga duniamu…
aku, adalah masokis narsis yang mencintaimu tanpa cela
ketika cinta telah merantaimu erat,
di pojokan gelap hatimu kamu berteriak
menggema di setiap dinding asamu
memanggil namanya dalam setiap detik hidupmu
dan kamu merasakan pedihnya rindu
menyayat nadi jiwamu.
dan kamu hanya memandang tetesan kasihmu
pelan mengalir di dalam bayanganmu…
… menunggu datangnya secercah sinar cinta dirinya.
kapankah kau akan sadar, oh masokis cinta?
apalah pedih itu
ketika darah mengalir dari nadi yang tersayat
bila dibandingkan dengan rindu yang dahsyat
apalah sakit itu
ketika tenggorokan terbakar oleh amoniak
bila dibandingkan dengan cemburu yang menggelegak
sadarkah kamu, hai cinta
aku bersedia mati dalam rengkuhmu
jika kau bersedia memberi jantungmu padaku…